Close Menu
Said Mardani

    Berlangganan Newsletter

    Silahkan berlangganan newsletter untuk update informasi terkini.

    Trending Topik

    Idul Adha, Makna Kurban, dan Hikmah Kesehatan yang Menyeluruh

    6 Juni 2025

    Tersandera di Antara Sistem, Cerita Seorang Epidemiolog yang Belum Bisa Jadi “Epidemiolog”

    31 Mei 2025

    Hoaks Kesehatan dan Krisis Kepercayaan, Ancaman Diam di Era Digital

    30 Mei 2025

    Bagaimana Google, WhatsApp, dan Sosial Media Membantu Deteksi Wabah?

    27 Mei 2025

    Tantangan SKDR di Era Digital, Tinjauan Ilmiah dan Prospek Masa Depan

    7 Mei 2025
    Pilihan Editor

    Idul Adha, Makna Kurban, dan Hikmah Kesehatan yang Menyeluruh

    6 Juni 2025

    Tersandera di Antara Sistem, Cerita Seorang Epidemiolog yang Belum Bisa Jadi “Epidemiolog”

    31 Mei 2025

    Hoaks Kesehatan dan Krisis Kepercayaan, Ancaman Diam di Era Digital

    30 Mei 2025

    Bagaimana Google, WhatsApp, dan Sosial Media Membantu Deteksi Wabah?

    27 Mei 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
    Said MardaniSaid Mardani
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube WhatsApp
    SUBSCRIBE
    • BERANDA
    • TENTANG SAYA
    • PENTING DIBACA
    • RAGAM ARTIKEL
      • Artikel Kesehatan
      • Epidemiologi dan Penyakit
      • Sejarah Kesehatan
      • Opini
      • Ide & Kreatifitas
      • Catatan Spesial
      • Perjalanan
    • UNDUHAN
    • HUBUNGI SAYA
    Said Mardani
    Beranda»Epidemiologi dan Penyakit»Mengenal Lebih Dalam Penyakit Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD)
    Epidemiologi dan Penyakit

    Mengenal Lebih Dalam Penyakit Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD)

    Said MardaniOleh Said Mardani10 September 2024Tidak ada komentar4 Menit Dibaca
    Facebook Twitter WhatsApp Email Telegram Threads
    Bagikan
    Facebook Twitter WhatsApp Email Telegram Threads

    Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) adalah penyakit otak yang sangat langka namun fatal. Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit prion, yaitu kondisi di mana protein normal dalam otak berubah bentuk menjadi tidak normal (misfolded) dan mulai merusak jaringan otak. CJD tergolong penyakit neurodegeneratif yang berkembang sangat cepat dan menyebabkan kematian, biasanya dalam waktu kurang dari satu tahun sejak gejala pertama muncul (Wadsworth & Collinge, 2011).

    Apa Itu Prion dan Bagaimana CJD Bisa Menular?

    Prion adalah jenis protein yang secara abnormal berubah bentuk menjadi struktur yang tidak bisa dipecah oleh tubuh. Yang membuat prion sangat berbahaya adalah kemampuannya untuk mengubah protein sehat lain menjadi bentuk rusak seperti dirinya. Ini menyebabkan kerusakan luas pada otak yang akhirnya membuat jaringan otak terlihat seperti spons ketika diperiksa secara mikroskopis (Aguzzi & Calella, 2009).

    Tidak seperti virus atau bakteri, prion tidak memiliki DNA atau RNA. Namun, mereka bisa menyebabkan penyakit dan bahkan bisa menular. Inilah yang membuat CJD unik: meskipun merupakan penyakit degeneratif otak, ia bisa ditularkan dalam situasi tertentu. Penularan tidak terjadi lewat kontak biasa seperti sentuhan atau berbagi makanan, tapi bisa terjadi melalui:

    • Prosedur medis, seperti transplantasi jaringan otak atau penggunaan alat bedah yang tidak disterilkan dengan benar.
    • Transfusi darah, terutama pada kasus varian CJD (vCJD) yang berkaitan dengan penyakit sapi gila.
    • Konsumsi daging dari hewan yang terinfeksi penyakit prion (seperti BSE pada sapi), meski sangat jarang terjadi (Peden et al., 2004; Collinge, 2001).
    Jenis-Jenis dan Gejala CJD

    Ada empat bentuk utama CJD:

    • Sporadic CJD (sCJD): Terjadi tanpa sebab yang diketahui dan mencakup sekitar 85% dari seluruh kasus. Biasanya menyerang orang usia 50–70 tahun.
    • Familial CJD (fCJD): Disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dalam keluarga.
    • Iatrogenic CJD (iCJD): Ditularkan melalui prosedur medis, seperti transplantasi jaringan otak atau hormon pertumbuhan dari mayat.
    • Variant CJD (vCJD): Berasal dari konsumsi daging yang terkontaminasi prion dari hewan, biasanya sapi (Collinge, 2001).

    Gejala CJD dimulai dengan gangguan kognitif ringan seperti kehilangan memori, perubahan perilaku, atau kebingungan. Dalam beberapa minggu atau bulan, kondisi berkembang menjadi demensia parah, gangguan penglihatan, kehilangan koordinasi tubuh (ataksia), dan kejang otot (myoclonus). Pada akhirnya, pasien kehilangan kemampuan berbicara, bergerak, bahkan merespons, dan meninggal dalam waktu relatif singkat (Brown et al., 2012).

    Harapan, Risiko, dan Pencegahan

    Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan atau menghentikan perkembangan CJD. Semua terapi yang tersedia bersifat suportif, yaitu membantu mengurangi gejala dan menjaga kualitas hidup pasien selama mungkin. Karena itulah, pencegahan menjadi fokus utama dalam menangani penyakit ini.

    Beberapa langkah penting dalam pencegahan CJD antara lain:

    • Sterilisasi alat medis secara khusus dengan teknik yang dapat menghancurkan prion, karena metode biasa seperti autoklaf tidak cukup efektif.
    • Pemeriksaan ketat pada donor darah dan jaringan, untuk menghindari risiko transmisi melalui transfusi atau transplantasi.
    • Pengawasan ketat terhadap industri peternakan dan makanan, termasuk larangan memberi pakan berbasis hewan kepada sapi, yang dapat menyebarkan BSE (Brown et al., 2012; Wadsworth & Collinge, 2011).

    Salah satu tantangan terbesar dalam pengendalian CJD adalah masa inkubasi penyakit yang bisa sangat lama, bahkan bertahun-tahun. Artinya, seseorang bisa tampak sehat namun sudah membawa prion yang suatu hari akan menyebabkan kerusakan otak.

    Penelitian terbaru terus menggali bagaimana prion bisa bekerja dan bagaimana menonaktifkannya. Namun, karena prion berbeda dari mikroorganisme lain dan sangat stabil di lingkungan, mengembangkan vaksin atau obat masih menjadi tantangan besar.

    Daftar Pustaka
    1. Aguzzi, A., & Calella, A. M. (2009). Prions: Protein aggregation and infectious diseases. Physiological Reviews, 89(4), 1105–1152.
    2. Brown, P., Brandel, J. P., Sato, T., Nakamura, Y., MacKenzie, J., Will, R. G., … & Collins, S. J. (2012). Iatrogenic Creutzfeldt–Jakob disease, final assessment. Emerging Infectious Diseases, 18(6), 901–907.
    3. Collinge, J. (2001). Prion diseases of humans and animals: Their causes and molecular basis. Annual Review of Neuroscience, 24(1), 519–550.
    4. Peden, A. H., Head, M. W., Ritchie, D. L., Bell, J. E., & Ironside, J. W. (2004). Preclinical vCJD after blood transfusion in a PRNP codon 129 heterozygous patient. The Lancet, 364(9433), 527–529.
    5. Wadsworth, J. D. F., & Collinge, J. (2011). Molecular pathology of human prion disease. Acta Neuropathologica, 121(1), 69–77.
    creutzfeldt-jakob disease infeksi iatrogenik penyakit langka penyakit neurodegeneratif penyakit otak penyakit prion penyakit sporadik
    Artikel SebelumnyaKasus Typhoid Mary: Wanita Sehat yang Menyebarkan Tifus
    Artikel Selanjutnya Bagaimana Penyakit Menyebar? Penjelasan Sederhana tentang Epidemiologi
    Said Mardani
    • Website

    Saya adalah penulis utama blog ini dengan fokus utama pada topik kesehatan sesuai latar belakang pendidikan dan pekerjaan saya, namun sesekali saya juga menulis tentang perjalanan, opini, ide, dan berbagai topik menarik lainnya untuk memberi warna dan variasi pada isi blog ini.

    Artikel Terkait

    Bagaimana Google, WhatsApp, dan Sosial Media Membantu Deteksi Wabah?

    27 Mei 2025

    Tantangan SKDR di Era Digital, Tinjauan Ilmiah dan Prospek Masa Depan

    7 Mei 2025

    Kasus Campak di Disneyland, Bukti Bahaya Gerakan Anti-Vaksin

    12 Maret 2025
    Berikan Komentar Batalkan Kirim

    Posting Terkini
    Artikel Kesehatan

    Idul Adha, Makna Kurban, dan Hikmah Kesehatan yang Menyeluruh

    Oleh Said Mardani6 Juni 20250

    Setiap gema takbir yang menggema saat Idul Adha membawa suasana yang berbeda. Ada keheningan yang…

    Tersandera di Antara Sistem, Cerita Seorang Epidemiolog yang Belum Bisa Jadi “Epidemiolog”

    31 Mei 2025

    Hoaks Kesehatan dan Krisis Kepercayaan, Ancaman Diam di Era Digital

    30 Mei 2025

    Bagaimana Google, WhatsApp, dan Sosial Media Membantu Deteksi Wabah?

    27 Mei 2025

    Tantangan SKDR di Era Digital, Tinjauan Ilmiah dan Prospek Masa Depan

    7 Mei 2025

    Kasus Campak di Disneyland, Bukti Bahaya Gerakan Anti-Vaksin

    12 Maret 2025

    Kolaborasi Komunitas, Menjaga Kesehatan Bersama Lewat Surveilans Partisipatif

    10 Februari 2025

    Herd Immunity Melalui Imunisasi, Mitos atau Harapan Realistis?

    7 Februari 2025

    Bagaimana Epidemiologi Membantu Mengakhiri Wabah Polio di Dunia?

    9 Januari 2025

    Imunisasi Sepanjang Usia: Investasi Kesehatan Seumur Hidup

    2 Januari 2025
    Tetap Terhubung
    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
    • YouTube
    • WhatsApp
    • Threads

    Berlangganan Newsletter

    Silahkan berlangganan newsletter untuk update informasi terkini.

    Tentang Saya
    Tentang Saya

    SAID MARDANI
    Lihat Tentang Saya

    Komentar Terkini
    • Ismail pada Mengenal Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
    • Said Firmansyah pada Mengenal Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
    • Eddie pada Mengenal Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS)
    Trending Topik

    COVID-19: Bagaimana Satu Pasar di Wuhan Mengubah Dunia

    Studi London 1854: John Snow dan Peta Kolera Pertama

    Kolaborasi Komunitas, Menjaga Kesehatan Bersama Lewat Surveilans Partisipatif

    Idul Adha, Makna Kurban, dan Hikmah Kesehatan yang Menyeluruh

    PENTING DIBACA
    • Hubungi Saya
    • Kebijakan Privasi
    • Ketentuan Penggunaan
    • Periklanan
    • Tentang Saya
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube WhatsApp
    © 2025 Said Mardani. Designed by Zarazmedia Creative Agency.

    Ketik kata kunci yang ingin Anda cari dan tekan Enter untuk mencari. Tekan Esc untuk membatalkan.