Mary Mallon bukan nama yang asing dalam sejarah kesehatan masyarakat. Di awal abad ke-20, wanita asal Irlandia yang bekerja sebagai juru masak ini menjadi pusat perhatian karena satu alasan yang mengejutkan: ia menyebarkan penyakit tifus kepada puluhan orang, meskipun ia sendiri tidak pernah terlihat sakit. Dari sinilah muncul julukan yang mengerikan: Typhoid Mary.
Bagaimana Penyakit Tifus Menyebar?
Pada saat itu, tifus atau demam tifoid merupakan penyakit mematikan yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Gejala penyakit ini bisa sangat parah, mulai dari demam tinggi, sakit perut, diare, hingga kematian. Penyakit ini sangat umum di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Namun, yang membuat kasus Mary menjadi unik adalah bahwa ia adalah carier, orang yang membawa dan menyebarkan bakteri tanpa menunjukkan gejala apa pun.
Bagaimana Kisah Tiphoid Mary?
Antara tahun 1900 dan 1907, Mary bekerja sebagai juru masak di berbagai rumah keluarga kaya di New York. Tak lama setelah kehadirannya, anggota keluarga tempat ia bekerja mulai jatuh sakit karena tifus. Namun, karena Mary selalu tampak sehat, tak seorang pun menyangka bahwa dialah penyebabnya. Seorang ahli kesehatan masyarakat bernama George Soper akhirnya menghubungkan titik-titik kejadian dan menyadari bahwa Mary adalah benang merah dari semua wabah tersebut. Setelah penyelidikan lebih lanjut, ditemukan bahwa Mary kemungkinan besar telah menginfeksi lebih dari 20 orang, dan beberapa di antaranya meninggal dunia.
Pihak berwenang akhirnya menangkap Mary dan mengkarantinanya secara paksa di sebuah rumah sakit di Pulau North Brother. Di sana, ia hidup dalam isolasi selama tiga tahun. Setelah menandatangani pernyataan bahwa ia tidak akan kembali bekerja sebagai juru masak, Mary dibebaskan. Namun, kehidupan di luar karantina tidak mudah, dan Mary melanggar janjinya. Ia menggunakan nama samaran dan kembali bekerja memasak, menyebabkan wabah tifus baru yang lebih luas. Akibatnya, ia ditangkap lagi dan dikarantina secara permanen hingga akhir hidupnya pada tahun 1938.
Mary Mallon menginfeksi lebih dari 50 orang sepanjang hidupnya, dan setidaknya tiga di antaranya meninggal dunia. Meskipun ia tidak pernah menerima kenyataan bahwa dirinya adalah sumber penyebaran penyakit, kasus ini membuka mata dunia medis akan keberadaan carier, sesuatu yang pada masa itu belum banyak diketahui. Kasusnya juga memicu perdebatan sengit tentang etika dalam karantina paksa, hak individu versus keselamatan publik, dan pentingnya pendidikan kesehatan.
Pelajaran dari Kasus Typhoid Mary
Kisah Typhoid Mary adalah pengingat keras bahwa tidak semua penyakit tampak dari luar, dan bahwa satu orang saja bisa menyebabkan dampak besar dalam sistem kesehatan masyarakat. Di masa kini, dengan kemajuan teknologi dan pemahaman yang lebih baik, kita memiliki alat untuk mencegah penyebaran penyakit serupa. Namun, kisah Mary tetap relevan sebagai pelajaran, peringatan, dan bahan refleksi dalam menghadapi tantangan kesehatan global.