Dalam beberapa tahun terakhir, istilah herd immunity atau kekebalan kelompok sering menjadi topik perbincangan publik, terutama sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Banyak yang menganggap herd immunity sebagai “jalan pintas” untuk melindungi populasi dari wabah penyakit menular, bahkan tanpa harus memvaksinasi semua orang. Namun, benarkah konsep ini realistis di dunia nyata, atau justru lebih banyak mitosnya?
Apa Itu Herd Immunity?
Herd immunity terjadi ketika sebagian besar populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit, sehingga penyebaran patogen menjadi terbatas dan kelompok rentan yang belum atau tidak bisa divaksin pun ikut terlindungi. Kekebalan ini bisa didapat melalui vaksinasi atau infeksi alami. Namun, cara kedua ini berisiko tinggi menyebabkan komplikasi berat atau kematian.
Menurut Fine, Eames, dan Heymann (2011), herd immunity bukanlah sekadar konsep matematis, melainkan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk tingkat penularan penyakit, efektivitas vaksin, dan pola interaksi sosial masyarakat.
Target Cakupan Vaksinasi untuk Herd Immunity
Setiap penyakit memiliki ambang batas berbeda untuk mencapai herd immunity. Misalnya, campak yang sangat menular memerlukan cakupan vaksinasi minimal 95% untuk menghentikan penularan (WHO, 2022). Sebaliknya, penyakit seperti polio atau difteri mungkin cukup dengan cakupan 80–85%. Untuk COVID-19, awalnya para ahli memperkirakan bahwa cakupan vaksinasi sekitar 60–70% bisa mencapai herd immunity. Namun, munculnya varian baru yang lebih menular seperti Delta dan Omicron membuat ambang batas ini naik signifikan, bahkan ada yang menyebut herd immunity untuk COVID-19 sudah “tidak realistis” lagi (Aschwanden, 2021).
Tantangan di Lapangan
Ada beberapa alasan mengapa herd immunity sulit dicapai:
1. Kesenjangan Vaksinasi
Distribusi vaksin yang tidak merata di berbagai negara dan kelompok sosial menjadi penghalang besar. Misalnya, negara berkembang sering mengalami keterbatasan akses, logistik, dan infrastruktur kesehatan (Mathieu et al., 2021).
2. Efektivitas Vaksin Tidak 100%
Vaksin memang sangat membantu mengurangi risiko sakit parah, tapi tidak selalu mencegah penularan sepenuhnya. Artinya, meskipun divaksin, seseorang masih bisa menjadi pembawa virus (Hall et al., 2021).
3. Penurunan Kekebalan dari Waktu ke Waktu
Studi menunjukkan bahwa antibodi dari vaksin bisa menurun dalam beberapa bulan, sehingga perlu booster untuk mempertahankan perlindungan (Levin et al., 2021).
4. Munculnya Varian Baru
Varian baru yang lebih cepat menyebar atau lebih resisten terhadap kekebalan vaksin dapat mempersulit pencapaian herd immunity.
Herd Immunity, Harapan Realistis atau Mitos?
Berdasarkan penelitian-penelitian terkini, herd immunity melalui vaksinasi masih mungkin, namun tidak mudah. Harus ada kolaborasi global, edukasi publik, dan sistem kesehatan yang kuat. Herd immunity bukanlah alasan untuk menolak vaksinasi pribadi, justru sebaliknya: partisipasi individu sangat penting untuk membentuk pertahanan kolektif. Sebagian ahli bahkan menyarankan agar kita mulai mengubah fokus dari mengejar herd immunity menjadi mengurangi beban penyakit — seperti angka rawat inap dan kematian — melalui vaksinasi yang luas dan berkelanjutan (Omer et al., 2020).
Herd immunity melalui vaksinasi bukan sekadar harapan, tapi juga tantangan nyata yang membutuhkan komitmen seluruh masyarakat. Vaksinasi tetap menjadi salah satu alat paling efektif dalam melawan penyakit menular. Walaupun mungkin tidak sepenuhnya menghentikan penyebaran, vaksin mampu menurunkan dampak paling parah dan menyelamatkan banyak nyawa.
Daftar Pustaka
- Aschwanden, C. (2021). Five reasons why COVID herd immunity is probably impossible. Nature, 591(7851), 520–522
- Fine, P., Eames, K., & Heymann, D. L. (2011). “Herd immunity”: A rough guide. Clinical Infectious Diseases, 52(7), 911–916.
- Hall, V. J., Foulkes, S., Charlett, A., Atti, A., Monk, E. J. M., Simmons, R., … & Hopkins, S. (2021). SARS-CoV-2 infection rates of antibody-positive compared with antibody-negative health-care workers in England: A large, multicentre, prospective cohort study (SIREN). The Lancet, 397(10283), 1459–1469.
- Levin, E. G., Lustig, Y., Cohen, C., Fluss, R., Indenbaum, V., Amit, S., … & Regev-Yochay, G. (2021). Waning immune humoral response to BNT162b2 Covid-19 vaccine over 6 months. New England Journal of Medicine, 385(24), e84.
- Mathieu, E., Ritchie, H., Ortiz-Ospina, E., Roser, M., Hasell, J., Appel, C., … & Rodés-Guirao, L. (2021). A global database of COVID-19 vaccinations. Nature Human Behaviour, 5, 947–953.
- Omer, S. B., Malani, P., & Del Rio, C. (2020). The COVID-19 pandemic in the US: A clinical update. JAMA, 323(18), 1767–1768.
- World Health Organization. (2022). Measles.